Bicara drag skutik, bagian sasis custom super ringan seperti titanium belakangan jadi komponen hot items. Khasiatnya yang dapat memangkas bobot skutik gila-gilaan, kerap bikin penganut sasis standar non-custom gentar di lintasan.
Tapi bukan itu masalahnya! Tahukah jika pemakaian sasis superringan ini punya konsekuensi lain di luar hitung-hitungan power to weight ratio (PWR)? Ilustrasinya, mesin oke dan motor enteng. Tapi begitu start motor liar gak karuan!
Kok bisa? Ya itu tadi! PWR hanya mumpuni untuk urusan power mesin yang menyangkut bobot motor itu sendiri. Menurut Juffry Willar dari Mitra2000, biar hal itu gak terjadi, baiknya pikirkan tiga bagian penting untuk skutik drag yang sudah menganut sasis custom. Apa tuh? Langsung yauw!
Bagian pertama yakni suspensi belakang. Rebound sokbreker yang baik menentukan momen kemulusan melesat saat start. Nah yang oke, rebound sokbreker saat mendapat tekanan enggak terlalu keras tapi tak lembut juga.
“Gejala motor standing (wheelie) saat start sangat mungkin terjadi bila sok belakang terlalu empuk ketika menerima beban,” urai Juffry. Begitupun sebaliknya jika rebound sokbreker keras. “Yang ditakutkan, sok akan berbalik memantul medorong sasis ke atas,” tambahnya.
Lebih lanjut Juffry bilang, “Agar lebih mudah mendapat settingan sok yang diingini, baiknya pilih sok yang sudah dibekali dengan beberapa tingkat penyetelan.” Nah di pasaran sudah ada sok dengan high spec seperti label YSS atau Daytona.
Sokbreker, pilih yang bisa disetting reboundnya
Oke lanjut ke bagian penting lainnya yakni sumbu roda. Semakin panjang sumbu roda, maka semakin mengurangi risiko wheelie tadi. Namun begitu, memanjangkan sumbu roda ini gak bisa dilakukan semata-mata dengan mengubah konstruksi engine mounting.
Teknik memanjangkan sumbu roda bukan sekadar memulurkan bagian undur-undur saja. Lebih ideal jika sumbu roda yang panjang didapat dari ukuran sasis yang panjang, bukan dari undur-undur yang dipanjangin.
Kenapa? Karena engine mounting yang terlalu panjang dapat mengubah gerak link yang ujung-ujungnya berpengaruh pada kerja sokbreker belakang. Singkatnya, bila menganut sok keras dengan undur-undur panjang, maka rebound malah bisa jadi empuk.
Berapa ukuran panjang sumbu roda yang ideal? Belum ada angka pasti. Namun begitu, bisa mencontek panjang sumbu roda pada Yamaha Mio bikinan TDR yang diracik di Thailand. “Angka idealnya belum di hitung, yang pasti lebih panjang 10 cm dari ukuran standar Mio,” beber Juffry.
Sumbu roda, idealnya lebih panjang 10 cm dari ukuran standar
Rebound sokbreker yang sudah oke ditambah sasis panjang anti wheelie, bukan berarti gak ada konsekuensinya. Sasis panjang memang aman dari risiko ‘ngangkat’, namun akan membuat ban belakang gampang spin alias berputar di tempat. Nah lo!
Nah menyiasatinya gampang! Tinggal aplikasi ban khusus drag yang soft compound. Bagaimana dengan ban slick? “Yang terpenting di sini adalah komponnya! Kalau slick tapi hard compound, rasanya percuma!” bilang pria berdarah Makassar ini.
Ban berkompon lunak, sesuaikan ukuran ban dengan power mesin
Pakai kompon lunak tapi masih spin juga? Kalau begitu bisa siasati dari ukuran ban dan pelek. Sebagai bayangan, skutik milik TDR yang diklaim dapat berlari 07,013 detik di trek 201 M ini memakai kombinasi ukuran ban 60/80-17 di depan dan 70/80-17 di belakang.
Masih spin juga? Ah itu sih joki ente kurang latihan! Hehehe!!
(motorplus.otomotifnet.com)